Setelah sukses menggelar
program residensi penulis ke situs-situs cagar budaya di Kabupaten Kerinci dan
Kota Sungai Penuh tahun lalu, kini Yayasan Pusat Kebudayaan Jambi menggelar even Malay Writers And Cultural Festival
(MWCF) mulai 14 sampai 17 Oktober 2024, bertempat di Taman
Budaya Jambi.
Perhelatan
sastra-budaya skala nasional ini akan dihadiri narasumber ahli baik dari
kalangan akademisi, peneliti, budayawan, seniman, sastrawan, dan jurnalis
nasional. Rangkaian kegiatan MWCF tahun ini adalah Panggung Pertunjukan Seni
Tradisi Rumpun Melayu dari 6 Provinsi di Indonesia, Panel diskusi Manuskrip
Melayu, Cerita Anak berbasis Kearifan Lokal serta Artificial Intelligence dan Masa Depan Sastra. Tidak hanya itu,
MWCF 2024 juga akan diisi kegiatan pelatihan menulis esai, feature dan cerita pendek oleh mentor profesional di bidangnya
yaitu cerpenis nasional Benny Arnas, esais sekaligus pendiri Porch Literary Magazine dan redaktur
Kompas/sastrawan Hilmi Faiq.
Khusus panel
diskusi bertajuk Artificial Intelligence
dan Masa Depan Sastra akan diselenggarakan pada Rabu, 16 Oktober 2024, pukul
08.30-11.30 WIB, bertempat di ruang Teater ARENA Taman Budaya Jambi. Topik kecerdasan
buatan (AI) ini sedang menjadi perhatian para akademisi maupun insan kreatif
secara nasional seiring perkembangan teknologi, tidak terkecuali pengaruhya
dalam konteks masa depan sastra. Meskipun teknologi memberikan tantangan baru,
seperti kemungkinan adanya penulis otomatis, hal ini juga membuka peluang untuk
menciptakan karya-karya sastra yang lebih menarik dan mudah diakses. Topik
tersebut lebih lanjut akan dibedah oleh tiga narasumber ahli berikut ini:
Pertama, Martin Suryajaya meraih gelar doktor di bidang filsafat dari
Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara. Sehari-hari ia bekerja sebagai pengajar
pada Sekolah Pascasarjana, Institut Kesenian Jakarta dan konsultan kebijakan di
Direktorat Jenderal Kebudayaan. Ia juga aktif sebagai youtuber yang menyiarkan
pandangan-pandangan tentang filsafat, sastra dan isu-isu kebudayaan dengan
penyampaian yang populer. Beberapa bukunya antara lain Sejarah Estetika (Gang
Kabel, 2016) yang memenangkan penghargaan Best Art Publication dari Art Stage
2017 dan novel Kiat Sukses Hancur Lebur (Banana, 2016) yang memenangkan
Penghargaan Sastra Badan Bahasa 2018 serta menjadi Novel Pilihan Majalah Tempo
2016. Beberapa karya terbarunya adalah Principia Logica (Gang Kabel, 2022),
Penyair sebagai Mesin: Sebuah Eksperimen dalam Pembacaan Jauh dan Sejarah Lain
Puisi Indonesia (Gang Kabel, 2022) dan novel Sebelum Hancur Lebur (2024).
Kedua, Riri Satria lahir di Padang, Sumatera Barat 14 Mei 1970,
adalah Pendiri serta Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM) di Jakarta.
Puisinya sudah diterbitkan dalam empat buku puisi tunggal, yaitu “Jendela”
(2016), “Winter in Paris” (2017), “Siluet, Senja, dan Jingga” (2019),
“Metaverse” (2022), serta kumpulan puisi duet bersama penyair Emi Suy berjudul
“Algoritma Kesunyian” (2023), di samping lebih dari 60 buku kumpulan puisi
bersama penyair lainnya.
Buku puisi “Winter in Paris” merupakan buku kumpulan puisi yang aslinya
ditulis dalam Bahasa Inggris, dan diluncurkan pada Ubud Writers and Readers
Festival 2017 di Ubud, Bali. Riri juga menulis esai dengan beragam topik: sains
dan matematika, teknologi dan
transformasi digital, ekonomi dan bisnis, pendidikan dan penelitian, yang
dibukukan dalam beberapa buku: “Untuk Eksekutif Muda: Paradigma Baru dalam
Perubahan Lingkungan Bisnis” (2003), trilogi “Proposisi Teman Ngopi” (2021)
yang terdiri tiga buku “Ekonomi, Bisnis, dan Era Digital”, “Pendidikan dan Pengembangan Diri”, dan “Sastra dan Masa
Depan Puisi” (2021), serta “Jelajah”
(2022).
Riri juga dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Anggota
Dewan Penasihat Ikatan Alumni Universitas Indonesia dan sebelumnya Ketua Ikatan
Alumni Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, serta penasihat ahli untuk
teknologi dan tranformai digital pada berbagai Kementerian dan Lembaga Negara,
BUMN, serta perusahaan swasta nasional. Riri Satria adalah Sarjana Ilmu
Komputer lulusan Universitas Indonesia serta menempuh program S3 atau Doktor di
Paris School of Business, Paris, Prancis.
Ketiga, Dwi
Rahariyoso, lahir
5 September 1981 di Ponorogo, Jawa Timur. Menyelesaikan pendidikan S1 di
program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Yogyakarta (2009) dan S2 Ilmu Sastra, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (2015). Saat ini menjadi pengajar di
program studi Sastra Indonesia, Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi. Tesisnya diterbitkan sebagai
buku dengan judul Konstruksi Tubuh Joko Pinurbo: Ruang Pascakolonial di
Balik Celana dan Di Bawah Kibaran Sarung (2018). Saat ini bergiat di
komunitas Makaradwipa bersama rekan-rekan di Mendalo.
Tunggu apalagi. Mari ikuti seluruh rangkaian kegiatan MWCF 2024 di Taman Budaya Jambi, Sungai Kambang, Kota Jambi. Segala informasi seputar MWCF 2024 dapat diakses melalui instagram Pusat Kebudayaan Jambi: @pusatkebudayaanjambi dan nstagram MWCF 2024: @malaywritersfest.