Sudah lama saya merayu sahabat baik saya, Made Ayu Marthini, untuk berkunjung ke Tanah Pilih Pusako Betuah, Kota Jambi, karena sejak di New York City dulu kami sering travelling bareng. Nah, akhir pekan kemarin dia punya waktu luang di tengah kesibukannya sebagai Deputi bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemeparekraf RI). Empat hari di Jambi kami melakukan banyak kegiatan.
Pertama, ia didapuk sebagai pembicara utama paa Pra Event Malay Writers and Cultural Festival (MWCF) yang sudah direncanakan setahun lalu oleh Tim Pusat Kebudayaan Jambi. Gayung bersambut, Penjabat (Pj) Walikota Jambi, Sri Purwaningsih semangat untuk mendukung. Maka, jadilah sebuah Diskusi Publik yang difasilitasi Pj WalKot Jambi di Griya Agung Kota Jambi. Diskusi yang ditaja Pusat Kebudayaan Jambi ini juga dihadiri oleh Dr. Agus Widiatmoko, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah V Jambi (DitJen Kebudayaan) dan Dr. Sri Purnama Syam, mewakili Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi. Komitmen dukungan para pihak untuk MWCF Oktober mendatang terucap dalam diskusi tersebut. Semoga kawan-kawan di Yayasan Pusat Kebudayaan Jambi lebih semangat untuk merealisasikan MWCF Oktober mendatang.
Kegiatan berlanjut. Kami berkunjung ke Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi yang sekarang sedang direvitalisasi besar-besaran. Kawasan Candi ini sekarang bersih dan hijau. Tidak ada lagi warga setempat yang dulu jualan popmie, teh botol, penyewaan sepeda, becak motor bisa masuk sampai zona inti candi. Tidak ada lagi. Penduduk tersebut telah difasilitasi usaha baru, yang tetap menciptakan pendapatan tetapi tidak merusak kelestarian kawasan maupun situs percandian. Tidak ada lagi pengunjung yang membawa tikar dan rantang, duduk di depan situ Candi sembari makan-makan. Tidak adalagi dangdutan di dalam kawasan percandian. Beberapa situs yang barupun dipugar dari timbuhan tanah dan lain-lain, sehingga semakin terlihat bentuk kawasan luas sebagai candi terluas dan tertua di Asia Tenggara dengan kegemilangan sejarahnya.
Di kawasan Candi, Agus Widiatmokko memperkenalkan kami kepada ibu-ibu dari Paduka (Pasar Dusun Karet) yang dulunya jualan popmie, teh botol, dll, di depan situs Candi. Mereka telah dibina sehingga memiliki usaha kuliner khas Muara Jambi. Tanpa banyak yang tau, tanpa banyak seremoni yang hobinya Pemda, mereka-kelompok ibu itu tadi- telah ke Javara Indonesia di Jakarta dan Ubud Food Festival untuk presentasi dan promosi kuliner khas Muarjambi itu. Dan, Kepala BPK Wilayah V Jambi, Agus Widiatmoko, disaksikan Bu Deputi Pemasaran Kemenparekraf RI, telah setuju, salah satu event MWCF akan berlangsung di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarojambi ini. Jadi, tidak ada alasan MWCF tidak terlaksana.
MWCF insyAllah menjadi festival bergengsi secara nasional. Maka jadilah bagian dari yang mensukseskan gerakan kebudayaan ini. Semoga.
*Ramdani Sirait yang biasa dipanggil Dani telah melalui karier profesionalnya sebagai wartawan selama 12 tahun (1992-2004) dan Communications Strategist selama 18 tahun (2005 hingga sekarang). Pria satu ini pernah menerima fellowship bidang Jurnalistik dari Pemerintah Inggris, beasiswa Chevening Award, dan mengikuti Executive Program bidang Sustainable Partnership, kerja sama Pascasarjana Universitas Paramadina Jakarta dan Ford Foundation, Amerika Serikat.